Rabu, 26 Oktober 2011

Mengapa bangsa Asia kalah kreatif dari bangsa Barat?

Ini tulisan co pas dari milis Sekolah Rumah ( milis ini member dukungan tentang pendidikan, homeschooling, dan mendidik ( mendidik beda dengan sekolah). Dan mengembangkan Soft Skill Competency WAJIBB di lakukan dari rumah)
Mengapa bangsa Asia kalah kreatif dari bangsa Barat?
Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya "Why Asians Are
Less Creative Than Westerners" (2001) yang dianggap kontroversial tapi  ternyata
menjadi "best seller". (www.idearesort.com/trainers/T01.p) mengemukakan beberapa
hal ttg bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran  banyak orang.

1. Bagi kebanyakan org Asia, dlm budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup adalah
banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain). Passion
(rasa cinta thdp sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreatifitas kalah
populer oleh profesi dokter, lawyer, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih
cepat menjadikan seorang utk memiliki kekayaan banyak.
2. Bagi org Asia, banyaknya  kekayaan yg dimiliki lbh dihargai drpd CARA
memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai
ceritera, novel, sinetron atau film yang  bertema orang miskin jadi kaya
mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh
pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku  koruptif pun
ditolerir/ diterima sbg sesuatu yg wajar.
3. Bagi org Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis "kunci jawaban"
bukan pada  pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT dll semua berbasis hafalan.
Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus2 Imu pasti dan ilmu
hitung lainnya bukan diarahkan utk memahami kapan dan bagaimana menggunakan
rumus rumus tersebut.
4. Karena berbasis hafalan, murid2 di sekolah di Asia dijejali sebanyak mungkin
pelajaran. Mereka dididik menjadi "Jack of all trades, but master of none" (tahu
sedikit sedikit ttg banyak hal tapi tidak menguasai apapun).
5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dlm  Olympiade
Fisika, dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada org Asia yang menang Nobel
atau hadiah internasional lainnya  yg berbasis inovasi dan kreativitas.
6. Orang Asia takut salah (KIASI) dan takut kalah (KIASU). Akibat-nya sifat
eksploratif sbg upaya memenuhi rasa  penasaran dan keberanian untuk mengambil
resiko kurang dihargai.
7. Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran
tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah.
8. Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar
atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi stlh sesi berakhir peserta
mengerumuni guru / narasumber utk minta penjelasan tambahan.



Dalam bukunya Prof.Ng Aik Kwang menawarkan bbrp solusi sbb:
1. Hargai proses. Hargailah org krn pengabdiannya bukan karena kekayaannya.
2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang
yang paling disukainya.
3. Jangan jejali murid dgn banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa
diciptakan kalkulator kalau jawaban utk X x Y harus dihapalkan? Biarkan murid
memilih sedikit mata pelajaran tapi benar2 dikuasainya.
4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan PASSION (rasa cinta) nya pada bidang
itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yg lebih cepat
menghasilkan uang
5. Dasar kreativitas adlh rasa penasaran & berani ambil resiko. AYO BERTANYA!
6. Guru adlh fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dgn
bangga kalau kita tidak tahu.
7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan..sebagai orang tua kita
bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan
mensupportnya. Mudah2an dengan begitu, kita bisa memiliki anak-anak dan cucu
yang kreatif, inovatif tapi juga  memiliki integritas dan idealisme tinggi tanpa
korupsi
 (gambar diambil dari.....( maaf lupa)

0 komentar:

 
template by suckmylolly.com